Laporan Perjalanan
Tim Kemanusiaan PKPU di Sendai
14 Maret 2011 20:00SENDAI - Tim Kemanusiaan PKPU yang terdiri dari Saiful Anwar, Purwadi, dan Sarno berangkat Minggu pagi (13/3/2011) pukul 09.00 waktu setempat menggunakan Mitsubishi minicar. Perjalanan Tim Kemanusiaan PKPU ini melalui daerah Murakami, Oguni, Nan-yo, Yamagata, Seki-Sasaya, Sendai.
Dengan jalur jalan yang ditempuh jalur 7 (Niiigata-Murakami), jalur 113 (Murakami-Nanyo), jalur 13 (Nanyo-Yamagata), dan jalur 286 (Yamagata-Sendai) lalu masuk sebentar ke jalan tol di antara Sekizawa-Sasaya saat menelusuri jalur 286.
Perjalanan sekitar 225 kilometer ini ditempuh dalam waktu sekitar 6 jam. Bersyukur, tidak ada halangan berarti, hanya saat memasuki wilayah Sendai, beberapa ruas jalan dan sambungan jembatan nampak terbelah dan mengalami pergeseran dan kondisi terakhir di Sendai sampai Sabtu malam pukul 21.00 waktu setempat, dan lampu baru bisa menyala Minggu sore (13/3/2011) di daerah sekitar tempat pengungsian orang Indonesia
Namun, terlihat masih banyak rumah penduduk yang lampunya terlihat masih padam. Terjadi kebakaran di sekolah tempat pengungsian tersebut, diduga berasal dari korslet kabel ketika listrik mulai dinyalakan. Saat malam hari, suasana di pinggiran Kota Sendai masih gelap gulita, listrik dan lampu lalulintas masih padam. Pembelian gasolin sangat dibatasi dan hanya satu-dua gasoline stand yang bisa melayani pembelian, sehingga terjadi antrian mobil sangat panjang sekitar 1-2 km.
Tidak saja antrian mobil, juga antrian orang yang ingin membeli makanan terjadi di mini market yang sampai saat ini masih jarang buka. Food shortage, air belum mengalir. Toshi-gas belum bisa digunakan sehingga banyak yang memasak dengan kayu bakar di luar rumah.
Dapur umum warga Indonesia bisa dilakukan di rumah pak Triyanto, karena sumber gasnya bukan toshi-gas, dan kontruksi apartemennya dari kayu dan cukup kuat terhadap gempa. Seorang kakek lansia Jepang sangat senang diberi masakan, bahkan ikut menyerahkan beras untuk dimasakkan di rumahnya. Namun, adanya instruksi agar semua orang Indonesia di Sendai harus mengungsi ke Tokyo, mungkin tidak ada yang bisa membantu si kakek ini lagi.
Kebetulan Tim Kemanusiaan PKPU bertemu dengan Sato-san, satu-satunya Japanese muslim yang aktif di Sendai, sedang mencari makanan untuk keluarganya dengan sepeda. Sepeda menjadi satu-satunya alat transportasi yang banyak digunakan karena keterbatasan gasolin. Toko makanan yang dia tujupun masih tutup.
Dia bercerita kalau keluarganya selamat, tapi saudaranya yang tinggal di tepi pantai sampai saat ini belum diketahui kabarnya. Padahal pantai tempat tinggalnya itu terpampang dalam koran kemarin yang ia tunjukkan, kini sudah dalam kondisi berantakan disapu tsunami. Menurut beliau, bangunan Masjid Sendai tidak rusak, tetapi telah terjadi pergeseran di bagian fondasinya yang cukup parah.
Makanan dan air bersih masih sangat sulit diperoleh, beberapa kali kami melihat beberapa keluarga yang terpaksa memasak dengan menggunakan kayu bakar. Bahkan untuk air minum, banyak yang mengambil di taman-taman yang sepertinya sengaja untuk dibiarkan tetap berfungsi oleh pemerintah.
Tsunami yang terjadi kali ini memang sangat mengerikan. Dikabarkan kerusakan akibat tsunami ini sampai 3 km dari tepi laut. Jadi, semua bangunan beserta penghuninya di area ini sudah rata oleh tsunami. Ada trainee yang tinggal juga di tepi laut daerah Shiogama yang sampai sekarang masih belum diketahui. KBRI Tokyo sudah mencoba ke daerah sana, tapi tidak diperbolehkan oleh petugas karena tidak memiliki perlengkapan pengaman yang memadai seperti pelampung dan sebagainya.
Tim Kemanusiaan PKPU juga mendapat laporan dari relawan di Sendai yaitu Mas Ari, salah seorang yang menerima bantuan. Dikatakannya, masih ada 6 orang di daerah Yamagata yaitu Mas Sandi, Mas Yoga, Mba Dwi, Ibu Agung dan 2 orang yang belum diketahui namanya dilaporkan selamat dan sehat walafiat. Mereka adalah perawat (2 orang) dan Kensushei (4 orang). Sedangkan 3 orang wanita, Kensushei yang bekerja di pabrik telur di daerah Ishinomaki Ayukawahama belum diketahui kabarnya.
Saat ini, koordinator Tim Kemanusiaan PKPU di Sendai, Mas Ari bersama istrinya, warga asli Jepang, Ibu Kunomori sudah mulai mendistribusikan bantuan daging dan makanan kepada tetangga-tetangga orang Jepang yang tidak memiliki makanan. Sedangkan untuk kebutuhan makanan dan daging masih sangat dibutuhkan. Mas Ari dan istrinya sangat aktif menghubungi teman-teman Indonesia yang belum ada kabarnya hingga saat ini. (PKPU/Syaiful/Tokyo)
Dengan jalur jalan yang ditempuh jalur 7 (Niiigata-Murakami), jalur 113 (Murakami-Nanyo), jalur 13 (Nanyo-Yamagata), dan jalur 286 (Yamagata-Sendai) lalu masuk sebentar ke jalan tol di antara Sekizawa-Sasaya saat menelusuri jalur 286.
Perjalanan sekitar 225 kilometer ini ditempuh dalam waktu sekitar 6 jam. Bersyukur, tidak ada halangan berarti, hanya saat memasuki wilayah Sendai, beberapa ruas jalan dan sambungan jembatan nampak terbelah dan mengalami pergeseran dan kondisi terakhir di Sendai sampai Sabtu malam pukul 21.00 waktu setempat, dan lampu baru bisa menyala Minggu sore (13/3/2011) di daerah sekitar tempat pengungsian orang Indonesia
Namun, terlihat masih banyak rumah penduduk yang lampunya terlihat masih padam. Terjadi kebakaran di sekolah tempat pengungsian tersebut, diduga berasal dari korslet kabel ketika listrik mulai dinyalakan. Saat malam hari, suasana di pinggiran Kota Sendai masih gelap gulita, listrik dan lampu lalulintas masih padam. Pembelian gasolin sangat dibatasi dan hanya satu-dua gasoline stand yang bisa melayani pembelian, sehingga terjadi antrian mobil sangat panjang sekitar 1-2 km.
Tidak saja antrian mobil, juga antrian orang yang ingin membeli makanan terjadi di mini market yang sampai saat ini masih jarang buka. Food shortage, air belum mengalir. Toshi-gas belum bisa digunakan sehingga banyak yang memasak dengan kayu bakar di luar rumah.
Dapur umum warga Indonesia bisa dilakukan di rumah pak Triyanto, karena sumber gasnya bukan toshi-gas, dan kontruksi apartemennya dari kayu dan cukup kuat terhadap gempa. Seorang kakek lansia Jepang sangat senang diberi masakan, bahkan ikut menyerahkan beras untuk dimasakkan di rumahnya. Namun, adanya instruksi agar semua orang Indonesia di Sendai harus mengungsi ke Tokyo, mungkin tidak ada yang bisa membantu si kakek ini lagi.
Kebetulan Tim Kemanusiaan PKPU bertemu dengan Sato-san, satu-satunya Japanese muslim yang aktif di Sendai, sedang mencari makanan untuk keluarganya dengan sepeda. Sepeda menjadi satu-satunya alat transportasi yang banyak digunakan karena keterbatasan gasolin. Toko makanan yang dia tujupun masih tutup.
Dia bercerita kalau keluarganya selamat, tapi saudaranya yang tinggal di tepi pantai sampai saat ini belum diketahui kabarnya. Padahal pantai tempat tinggalnya itu terpampang dalam koran kemarin yang ia tunjukkan, kini sudah dalam kondisi berantakan disapu tsunami. Menurut beliau, bangunan Masjid Sendai tidak rusak, tetapi telah terjadi pergeseran di bagian fondasinya yang cukup parah.
Makanan dan air bersih masih sangat sulit diperoleh, beberapa kali kami melihat beberapa keluarga yang terpaksa memasak dengan menggunakan kayu bakar. Bahkan untuk air minum, banyak yang mengambil di taman-taman yang sepertinya sengaja untuk dibiarkan tetap berfungsi oleh pemerintah.
Tsunami yang terjadi kali ini memang sangat mengerikan. Dikabarkan kerusakan akibat tsunami ini sampai 3 km dari tepi laut. Jadi, semua bangunan beserta penghuninya di area ini sudah rata oleh tsunami. Ada trainee yang tinggal juga di tepi laut daerah Shiogama yang sampai sekarang masih belum diketahui. KBRI Tokyo sudah mencoba ke daerah sana, tapi tidak diperbolehkan oleh petugas karena tidak memiliki perlengkapan pengaman yang memadai seperti pelampung dan sebagainya.
Tim Kemanusiaan PKPU juga mendapat laporan dari relawan di Sendai yaitu Mas Ari, salah seorang yang menerima bantuan. Dikatakannya, masih ada 6 orang di daerah Yamagata yaitu Mas Sandi, Mas Yoga, Mba Dwi, Ibu Agung dan 2 orang yang belum diketahui namanya dilaporkan selamat dan sehat walafiat. Mereka adalah perawat (2 orang) dan Kensushei (4 orang). Sedangkan 3 orang wanita, Kensushei yang bekerja di pabrik telur di daerah Ishinomaki Ayukawahama belum diketahui kabarnya.
Saat ini, koordinator Tim Kemanusiaan PKPU di Sendai, Mas Ari bersama istrinya, warga asli Jepang, Ibu Kunomori sudah mulai mendistribusikan bantuan daging dan makanan kepada tetangga-tetangga orang Jepang yang tidak memiliki makanan. Sedangkan untuk kebutuhan makanan dan daging masih sangat dibutuhkan. Mas Ari dan istrinya sangat aktif menghubungi teman-teman Indonesia yang belum ada kabarnya hingga saat ini. (PKPU/Syaiful/Tokyo)
0 comments:
Post a Comment